Trip Report ini sudah basi, sekitar satu tahun yang lalu...
Penerbangan kali ini menggunakan Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan 'keramat' yang telah dihafal betul oleh para jamaah umrah atau agen perjalanan, GA 981 dengan pesawat legendaris Queen of The Sky, Boeing 747-400.
Cerita ini bermula dari sebidang padang tandus di jazirah Arabia dimana angin padang pasir di musim panas berhembus...
Hehehe...tapi gambar di atas cerita lain, karena gambar tersebut diambil di highway antara Madinah dan Makkah.
Oke, kita skip cerita pengarungan padang tandus, pertemuan dengan orang-orang badui dan onta-onta ternak mereka, tiba-tiba saja kami serombongan terdampar di sebuah tempat asing dengan petunjuk:
"WELCOME TO JEDDAH HAJJ TERMINAL"
Dan kemudian...
|
Peringatan Sebelum Anda masuk Pintu Kemana Saja |
Dan akhirnya...kami berhasil masuk kedalam check-in area...
Yang penuh sesak dengan manusia beragam suku bangsa yang ingin kembali ke tanah air masing-masing setelah menunaikan ibadah umrah di tanah suci
|
Check-in counter for My Flight |
|
Check-in Counter Singapore Airlines *kapan ya gw naik ini? |
Dan di Hajj Terminal Jeddah ini, jangan harapkan premium service atau fast track atau executive lounge de-el-el, karena peraturan bandara ini cukup simpel, yaitu "Siapa Cepat Dia Dapat" walaupun Anda penghuni singgasana First Class atau Business Class airline bintang sepuluh, Anda tidak akan mendapat prioritas atau layanan khusus apapun, mungkin untuk mengingatkan para jamaah bahwa semua orang sama kedudukannya dimata Allah, yang membedakan hanya iman dan takwanya. Dan ini benar-benar terjadi, karena orang yang berdesak-desakan masuk pintu pesawat disebelah saya memegang boarding pass biru tua dengan tulisan besar
EXECUTIVE CLASS. Kapan lagi kita-kita para Economy Class Traveller dapat berdesak-desakan bersama para penumpang kelas keramat, hahaha...
Dan tidak perlu kita cuplik imigrasi, karena kita bisa tidur sambil mengantri imigrasi,j/k.
Dan untuk mempersingkat waktu, akhirnya boarding call berkumandang, bagaikan tiupan sangkakala, dan berduyun-duyun para penumpang merangsek masuk ke airport bus...
|
Khas tanah Arab, tandus tanpa rumput hijau... |
|
Bus-Bus ceper yang seakan tak memiliki roda |
|
Pemandangan dari dalam garbarata |
|
Tengok garbarata sebelah |
|
Hahaha, saya masuk melalui garbarata kelas eksekutif |
|
Melewati Kelas Eksekutif |
|
Melewati galley |
|
Welcome Drink yang disiapkan di galley |
|
Tangga ke upper deck |
Akhirnya pesawat pushback dan lepas landas meninggalkan Jeddah. Singkat cerita akhirnya disajikan makan malam...
|
Meal saat flight GA 981 |
|
Meal saat flight GA 980 |
Dan menunya sama persis dengan makan siang pada flight GA 980, bedanya hanya pada opor ayam dan kurma. Pada saat flight GA 980 menunya adalah ayam semur.
Dan rasanya...opor rasa Arab, karena penyedia catering pada flight ini adalah Saudi Arabian Catering milik Saudi Arabian Airlines.
Kemudian lampu diredupkan, sebagian menghabiskan waktu dengan tidur dan sebagian lagi menghabiskan waktu dengan menonton film yang ditayangkan layar tancap onboard.
Akhirnya, saya terbangun ketika lampu kabin dihidupkan lagi, waktunya sahur!
Dan menunya lagi-lagi sama dengan flight GA 980.
|
Meal flight GA 981 |
|
Meal flight GA 980 |
Tidak ada yang menakjubkan dari menu ini kecuali croissant yang lezat...
Akhirnya sisa waktu penerbangan ini saya habiskan untuk berkeliling di kabin kelas ekonomi, ke main deck untuk melihat adik dan orang tua (saya terpisah sendiri di upper deck). Sekalian mengabadikan Boeing 747-400 yang akan pensiun...
|
Layar Tancap onboard di upper deck |
|
Proyektornya layar tancap |
|
Panel lampu dan AC yang klasik |
|
TV kecil di kabin ekonomi bagian depan |
|
Petunjuk ke upper deck |
Akhirnya tiba di Jakarta...
|
Parkir disebelah Airbus A330 Garuda Indonesia |
|
Jendela Upper Deck yang unik |
|
Selamat Tinggal Boeing 747! |
Remembering...
My Flight with Garuda Indonesia Boeing 747-400 PK-GSH August 2009 (still with old livery)
Dan menurut saya... Garuda berhasil menerapkan Garuda Indonesia Experience: Indonesian Hospitality yaitu
Indonesian feels at home. Ya, tentu saja! Siapa yang tak merasakan hawa Indonesia dalam penerbangan Garuda ini? Karena 95% penumpang warga negara Indonesia, awak kabin semua juga warga negara Indonesia, makanan dalam pesawat juga makanan Indonesia.
Menurut saya, jika memang Garuda Indonesia benar-benar niat menjadi 5 star airlines, Garuda Indonesia harus konsisten dengan layanan yang diberikan. Meskipun layanan ke Jeddah mengalami peningkatan daripada tahun 2009 ketika program quantum leap Garuda Indonesia dimulai, tapi layanan ke Jeddah masih dibawah standar penerbangan ke Asia Timur, Australia dan Eropa. Seperti tidak adanya
comfort kit untuk penumpang kelas Ekonomi, padahal rute Jakarta-Jeddah adalah
direct flight terjauh Garuda Indonesia. Semoga saat menggunakan armada Boeing 777-300ER rute Jakarta-Jeddah mengalami peningkatan standar layanan.
Komentar
Posting Komentar