Kisah Dibalik Modernisasi KRL Jabodetabek
Resensi Buku: The Untold Story of e-Ticketing: Kisah Di Balik Modernisasi KRL Jabodetabek
Penulis: Haryo Damardono
Penerbit: Penerbit Buku Kompas
Ukuran buku: 15cm x 23cm
Tebal: 372 halaman
ISBN: 9786024121174
Harga: Rp 93.000
Dari kemarin sore sampai malam, saya membaca buku ini dan ternyata isinya menarik bagi pecinta transportasi umum seperti saya. Penerapan tiket elektronik (e-ticketing) di KRL Jabodetabek penuh dengan tantangan, mulai dari pegawai PT. KCJ (operator KRL) sendiri yang pada awalnya banyak yang masih bingung menggunakan komputer, stasiun yang lebih mirip pasar dibanding fungsi aslinya, budaya penumpang yang suka naik tanpa tiket, naik di atap kereta, anarkis dan lain sebagainya. Jadi penerapan e-ticketing di KRL Jabodetabek bukan hanya menyediakan sarana dan prasarana teknologi informasi, melainkan juga merubah budaya masyarakat yang sudah puluhan tahun membumi.
Buku ini banyak menyajikan kisah dibalik layar penerapan e-ticketing, mulai dari kisah aneka problematika saat KRL masih menggunakan karcis kertas, penertiban dan sterilisasi stasiun sebagai kunci utama penerapan e-ticketing dengan berbagai drama antara petugas yang menertibkan vs pedagang dan preman, pembangunan dan desain ulang stasiun setelah penertiban, pembangunan sistem dan jaringan e-ticketing ke stasiun-stasiun KRL yang tersebar di berbagai tempat, hingga detik-detik penerapan tiket elektronik secara menyeluruh. Sekadar informasi, KRL Jabodetabek adalah satu-satunya operator transportasi yang menerapkan sistem e-ticketing secara penuh dalam waktu singkat, TransJakarta baru menerapkan e-ticketing secara penuh sekitar setahun belakangan sementara operator-operator jalan tol masih menerima pembayaran tunai hingga kini. PT. KCJ (PT. KAI Commuter Jabodetabek, operator KRL) sendiri banyak menghadapi kesulitan dan tantangan, termasuk suara-suara sumbang yang menyatakan masyarakat Indonesia belum siap dengan sistem e-ticketing.
Dari buku ini, kita dapat belajar bahwa butuh usaha yang keras dan azam yang kuat untuk meraih cita-cita. Dan semua tentunya dengan izin Allah. Saya pribadi kagum dengan usaha yang dilakukan PT. KAI dan PT. KCJ untuk mewujudkan transportasi massal yang aman dan tertib serta terpercaya, seperti KRL Commuter Line yang kita lihat saat ini. Tentu KRL bukan sarana transportasi yang sempurna, masih banyak (sekali) aspek yang harus diperbaiki dan disempurnakan oleh PT. KCJ selaku operator beserta PT. KAI dan pemerintah. Namun berbagai perubahan drastis yang kita rasakan dalam empat tahun terakhir tentu sangat layak diapresiasi dan ditiru.
Hal yang perlu dikritisi dari buku ini, sepertinya buku ini lebih banyak menyoroti kelebihan-kelebihan PT. KCJ dan PT. KAI tanpa mengupas lebih dalam berbagai permasalahan yang masih menghantui KRL Jabodetabek paska pemberlakuan e-ticketing. Masalah antrean masuk Manggarai, KRL Bekasi yang sering "mengalah" dengan kereta jarak jauh, persinyalan jalur barat yang masih jadul sehingga KRL baru bisa melanjutkan perjalanan setelah kereta di depannya masuk stasiun berikut, kepadatan di stasiun-stasiun utama serta berbagai masalah lainnya. Mungkin karena buku ini merupakan buku sejarah resmi dari PT. KCJ sehingga masalah-masalah tersebut tidak dikupas tuntas, padahal menarik juga bila PT. KCJ menyampaikan masalah-masalah tersebut serta usaha yang (masih) dikerahkan PT. KCJ untuk mengatasinya.
Overall buku ini ringan dan mudah dipahami, bahkan oleh orang yang tidak terbiasa dengan berbagai istilah perkeretaapian. Isi bukunya juga tak selalu serius, ada candaan yang diselipkan di antara berbagai kisah KRL Jabodetabek. Dengan buku ini kita bisa mengetahui usaha-usaha di balik kemajuan KRL Jabodetabek beserta prasarana pendukungnya, hasil yang didapatkan bukan semudah membalikkan telapak tangan, melainkan penuh dengan tantangan dan rintangan. Selamat membaca!
Komentar
Posting Komentar