Pengalaman Odontectomy Operasi Bedah Mulut Cabut Gigi Bungsu Impaksi di RS Khusus Gigi dan Mulut FKG Universitas Indonesia Salemba





Bismillah
    Hi Readers! Whoa, Sudah lama sekali saya tidak menulis di blog sederhana ini. How's life? Semoga selepas pandemi yang menampar, keadaan kembali seperti semula bahkan lebih baik lagi, amin!

    Kali ini saya ingin membagikan pengalaman beberapa bulan lalu menjalani odontectomy alias operasi bedah mulut cabut gigi bungsu impaksi di Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (RSKGM FKG UI) di Salemba. Semoga pengalaman saya bisa bermanfaat untuk para pembaca yang ingin menjalani odontectomy tanpa BPJS Kesehatan dengan biaya yang cukup terjangkau, mengingat antrean pasien odontectomy menggunakan BPJS Kesehatan lumayan panjang.

LATAR BELAKANG

    Saya sudah mengetahui bahwa 3 dari 4 gigi geraham bungsu saya impaksi sejak tahun 2019.
    Awalnya saya ingin menggunakan behel, oleh dokter gigi spesialis ortodonti (orthodontist) saya dirujuk untuk melakukan rontgen (x-ray) panoramic dan cephalometri. Dari hasil rontgen panoramic, saya melihat bahwa 3 dari 4 geraham bungsu (third molars) saya impaksi, terbenam di dalam gusi karena tidak ada ruang yang cukup untuk tumbuh. Kabar buruknya, gigi-gigi impaksi tersebut posisinya miring dan mengarah ke gigi geraham di depannya, ouch.

    Tahun 2021, saya kembali rontgen panoramic. Kali ini untuk PSA (Perawatan Saluran Akar) alias RCT (Root Canal Treatment). Dari hasil rontgen panoramic tahun 2021, nampak 3 dari 4 gigi geraham bungsu saya masih nongkrong santuy di dalam gusi dalam keadaan miring, sama seperti tahun 2019 silam. Bedanya, kali ini salah satu gigi geraham bungsu saya (yang sejak awal memang tidak impaksi) yakni geraham bungsu kanan atas, sudah mulai tumbuh (partially erupted), tapi dengan posisi yang awkward banget.

    Tahun 2022, gigi geraham bungsu saya yang sudah nongol sebagian semakin ingin menunjukkan eksistensinya. Sayangnya karena posisi si bungsu yang tak lazim, ia mengganggu kakak-kakaknya yang sudah mapan. Beberapa kali gusi saya terasa cenat-cenut, dan terasa sekali si gigi geraham bungsu kanan atas ini ngganjel di rongga mulut saya, kadang sampai membuat lecet bagian dalam pipi.

    Akhirnya saya memutuskan, si unyil ini harus segera dicabut demi kenyamanan bersama. Untuk menghemat biaya, saya memilih berobat ke Klinik Spesialis RSKGM FKG UI dan ditangani oleh residen bedah mulut (dokter gigi yang sedang menempuh Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Bedah Mulut dan Maksilofasial).

    Pada suatu hari yang cerah di bulan September 2022, saya berjalan kaki menuju terminus Transjakarta terdekat untuk menuju ke RSKGM FKG UI, sambil membawa dua lembar hasil cetak rontgen panoramic tahun 2019 dan 2021.

KUNJUNGAN PERTAMA: PENDAFTARAN & TINDAKAN ODONTECTOMY

    Saran saya untuk para pembaca yang ingin berobat ke Klinik Pendidikan baik Klinik Integrasi (ditangani co-ass gigi) maupun Klinik Spesialis (ditangani residen gigi) RSKGM FKG UI, harap datang sepagi mungkin, karena proses pendaftaran & diagnosis awal untuk pasien yang pertama kali berobat di RSKGM FKG UI butuh waktu lama, berjam-jam. Dan setiap hari ada kuota untuk perawatan pasien bersama dokter residen, seperti scaling maksimal 2 pasien/hari, sementara odontectomy/bedah mulut maksimal 5 pasien/hari. Jadi datang lebih pagi lebih baik.

    Bila datang untuk odontectomy, saran saya harap sudah mempersiapkan rontgen panoramic sebelum datang ke RSKGM FKG UI. Ini akan menghemat banyak waktu. Sebelum ke RSKGM FKG UI, bisa ke dokter gigi umum terlebih dahulu untuk minta rujukan rontgen panoramic di klinik atau RS yang punya alatnya. Alhamdulillah saya sudah punya koleksi rontgen panoramic dari tahun 2019 & 2021, jadi bisa langsung mendapat tindakan pada hari pertama kali datang ke RSKGM FKGUI.




    Saya tiba di RSKGM FKG UI sekitar pukul 08.20 WIB. Tiba di RSKGM FKG UI, saya mengambil nomor antrean untuk pasien baru dengan mesin antrean layar sentuh di lobby RS. Setelah nomor antrean dipanggil, petugas akan meminta pasien baru mengisi formulir pendaftaran berupa informasi data diri & informed consent serta membayar biaya pendaftaran pasien baru sebesar Rp30.000. Pendaftaran pasien hanya bisa dengan uang tunai dan tidak mendapat bukti pembayaran. Setelah mengisi berlembar-lembar formulir, saya mengembalikan formulir kepada petugas. Setelah formulir diproses petugas, kita akan mendapat kartu pasien berupa kertas karton kuning dengan label nama pasien serta kode QR berisi nomor rekam medis.

    Selanjutnya, saya menegakkan telinga dan menunggu hingga nama saya dipanggil petugas lagi. Kali ini untuk diukur tekanan darah serta ditanya berapa berat badan & tinggi badan. Jangan beranjak pergi dulu, karena kita akan dipanggil lagi dua kali ke ruang Diagnostik Oral. Kali pertama, saya ditanya soal informasi kesehatan pribadi & kartu pasien di-scan. Kali kedua, barulah saya diperiksa oleh dokter gigi di dental unit, dokter gigi di ruang Diagnostik Oral akan memeriksa kondisi rongga mulut (dengan menyebut istilah-istilah medis yang tidak dipahami awam) sementara ada petugas lain yang mencatat hasil diagnosis ke rekam medis dengan komputer. Setelah tuntas diagnosis, saya diarahkan ke klinik pendidikan/klinik spesialis yang menjadi tujuan berobat. Karena saya sudah membawa hasil rontgen panoramic (dan menunjukkannya kepada dokter gigi di ruang Diagnostik Oral), saya bisa langsung berobat ke Klinik Spesialis Bedah Mulut dan Maksilofasial tanpa harus rontgen panoramic terlebih dahulu di Bagian Radiologi RSKGM FKG UI.

    Proses pendaftaran hingga saya bisa mendapat tindakan kurang lebih sekitar tiga jam. Itulah mengapa saya menyarankan rekan pembaca agar datang sepagi mungkin dan sudah memiliki hasil rontgen panoramic sebelum odontectomy di RSKGM FKG UI agar tak perlu mengantre di Bagian Radiologi RSKGM FKG UI dan bisa menghemat waktu.

    Saya naik ke lantai 3 RSKGM FKG UI tempat Klinik Spesialis Bedah Mulut dan Maksilofasial berada. Tiba di klinik, saya menyerahkan kartu pasien kepada resepsionis yang bertugas serta mengutarakan tujuan saya datang: ingin cabut geraham bungsu. Selanjutnya saya diarahkan untuk duduk di salah satu dental unit sembari menunggu dokter residen bedah mulut yang akan menangani.

    Pertama-tama saya disambut oleh seorang residen bedah mulut junior yang didampingi seorang co-ass sebagai asisten, saya menyerahkan kartu pasien serta rontgen panoramic kepada residen junior, saya menyatakan ingin mencabut gigi geraham bungsu kanan atas yang sudah tumbuh sebagian (ya, awalnya saya tidak ada niat untuk odontectomy), kemudian beliau membawa keduanya untuk dirundingkan dengan dosen dan senior.

    Setelah menunggu beberapa saat, ada seorang dokter gigi spesialis bedah mulut (yang saya rasa adalah dosen/konsulen yang bertugas saat itu) menghampiri saya yang masih duduk di dental unit. Beliau menjelaskan bahwa di usia saya, kemungkinan besar gigi geraham bungsu yang impaksi tidak akan erupsi/tumbuh keluar gusi, sehingga wajib diangkat dengan operasi bedah mulut alias odontectomy. Beliau bilang, kalau bisa semuanya (keempat gigi geraham bungsu) saya harap segera dicabut, bisa dengan satu kali operasi dengan bius total. Saya tanya berapa biayanya, dijawab oleh residen bedah mulut junior sekitar Rp20.000.000, karena menggunakan general anestesi sehingga dihitung biaya Rp5.000.000/gigi.

    Mengingat tujuan utama saya ke RSKGM FKG UI adalah untuk berhemat, tentu saja saya meminta alternatif lain. Akhirnya diambil jalan tengah: kali ini saya akan mendapat tindakan cabut geraham bungsu kanan atas yang sudah tumbuh dan operasi bedah mulut alias odontectomy geraham bungsu kanan bawah yang impaksi. Tindakan akan dilakukan oleh seorang residen bedah mulut senior yang bertugas. Perkiraan biaya yang akan dibebankan: cabut geraham bungsu kanan atas Rp300.000 dan bedah mulut geraham kanan bawah Rp950.000, total Rp1.250.000.

    Saya setuju dan gigi yang akan dicabut ditandai oleh residen junior dengan spidol seperti ini:



    Saya menunggu beberapa saat sebelum dipanggil masuk menuju Ruang Tindakan Bedah Mulut & Maksilofasial alias Operating Room yang tertutup. Di sana saya duduk di dental unit, menandatangani formulir informed consent yang diserahkan oleh co-ass. Formulir informed consent berisi penjelasan efek samping yang bisa terjadi setelah tindakan odontectomy.

    Satu hal yang mungkin jadi concern rekan pembaca yang berhijab atau berniqab, di Klinik Pendidikan Spesialis RSKGM FKG UI kita tidak bisa memilih dokter residen yang melakukan tindakan, bila rekan pembaca hanya ingin ditangani dokter gigi perempuan, bisa berobat ke rumah sakit maupun klinik yang menyediakan pilihan untuk pasien, tentu biayanya (tanpa BPJS Kesehatan) lebih mahal dibanding berobat ke Klinik Pendidikan.

    Setelah menunggu beberapa saat, datanglah dokter residen bedah mulut yang akan menangani saya hari itu. Beliau bertanya beberapa hal terkait riwayat kesehatan saya, seperti apa golongan darah, apakah punya alergi obat, apakah punya riwayat penyakit, dll. Alhamdulillah saya jawab alhamdulillah tidak ada alergi obat, golongan darah saya x (rahasia karena blog adalah ruang publik hehehe) dan alhamdulillah saya baru saja donor darah sekitar dua pekan sebelumnya sehingga insyaallah sehat wal afiat.

     Setelah mengucap basmallah, dokter residen senior mulai membius saya dengan bius lokal. Tindakan pertama adalah operasi bedah mulut geraham bungsu kanan bawah, baru mencabut geraham bungsu kanan atas yang sudah tumbuh. Alhamdulillah karena sudah terbiasa donor darah, saya tidak merasa takut atau grogi melihat jarum bius. Saat pertama jarum bius menusuk gusi memang rasanya agak nyuss, tapi setelah itu bibir dan gusi mulai terasa baal hingga akhirnya bibir terasa menebal sebagai pertanda bius aktif dan tindakan odontectomy dimulai.

    Saat itu Klinik Bedah Mulut dan Maksilofasial RSKGM FKG UI mendapat kunjungan perawat-perawat gigi dari Puskesmas Ciputat yang sedang melanjutkan studi dan PKL, dokter residen senior yang menangani saya mengajak dua orang ibu perawat untuk hands-on menjadi asisten gigi selama proses odontectomy dan cabut geraham bungsu berlangsung.

    Pertama-tama, saya dipakaikan duk operasi yang bolong hanya di bagian mulut. Sehingga saya tidak bisa melihat proses operasi sama sekali (plus lampu dari dental unit juga cukup menyilaukan mata). Tapi saya bisa merasa ketika dokter residen senior mulai membedah gusi sebelah kanan bawah, juga ketika sebagian geraham bungsu kanan bawah di bor, lalu saat beliau berusaha mencungkil geraham tersebut, hingga akhirnya rongga bekas gigi geraham bungsu impaksi bersarang dibersihkan dengan suction dan gusi dijahit. 

    Selama proses operasi berlangsung saya fokus mendengarkan obrolan dokter residen senior dan ibu perawat. Salah satu obrolan yang saya tangkap: Klinik Pendidikan Spesialis Bedah Mulut & Maksilofasial RSKGM FKG UI juga bisa menangani operasi bibir sumbing. Dan ada salah satu kata-kata dokter residen senior kepada ibu perawat yang berkesan bagi saya, "Kalau ada pasien bibir sumbing dirujuk ke sini saja Bu untuk operasi, bayangkan bila bibir tersebut digunakan untuk mengaji membaca al-Qur'an, insyaallah jadi amal jariyah yang pahalanya terus mengalir."

    Selanjutnya giliran geraham bungsu kanan atas yang ditangani oleh sang dokter residen senior. Karena gigi itu sudah erupsi, hanya dibius dan dicabut seperti biasa tanpa butuh tindakan bedah mulut dan jahitan. Alhamdulillah proses pencabutan gigi geraham bungsu kanan atas berlangsung lancar tanpa kendala. Dokter meminta saya menggigit dua kapas satu di bagian atas dan satu di bagian bawah. Total waktu tindakan odontectomy & cabut geraham bungsu yang sudah erupsi sekitar 30-45 menit termasuk menunggu bius aktif sekitar 5 menit.

    Setelah tindakan selesai, dokter residen senior yang mengoperasi saya undur diri, saya mengucapkan terima kasih kepada beliau, sementara kedua ibu perawat yang membereskan dental unit, saya meminta kepada kedua ibu perawat agar kedua gigi geraham bungsu yang berhasil diekstrasi bisa saya bawa pulang. Kedua ibu perawat dengan baik hati membantu membersihkan kedua gigi dari darah, lalu menyerahkannya kepada saya dalam kantong klip bening.

    Saya mengucapkan terima kasih kepada kedua ibu perawat, lalu keluar ruang tindakan. Di luar, dokter residen junior beserta mbak co-ass yang mendampingi saya sejak awal sudah menunggu. Dokter residen junior menyerahkan resep yang harus ditebus ke Bagian Farmasi RSKGM FKG UI serta kwitansi yang harus saya bayar di kasir RSKGM. Dokter residen junior juga memberi pengarahan perawatan pasca operasi, seperti jangan makan/minum sejam setelah operasi, berhati-hati ketika berkumur/sikat gigi, jangan mengunyah menggunakan sisi gigi yang baru dioperasi sampai sembuh, dll, serta menjelaskan obat yang diresepkan, satu antibiotik harus habis sementara satu lagi painkiller diminum hanya ketika merasa sakit dan mengingatkan agar saya kembali pekan depan untuk kontrol serta cabut jahitan. Saya diberi beberapa lembar kassa cadangan di dalam plastik klip serta catatan panduan perawatan pasca operasi. Saya mengucapkan terima kasih kepada dokter residen junior serta mbak co-ass lalu turun ke lantai dasar untuk menebus obat dan membayar biaya tindakan.



    Tiba di lantai dasar, saya menyerahkan resep dan kwitansi kepada kasir di lobby. Kasir mengarahkan saya untuk menyerahkan resep ke Bagian Farmasi RSKGM FKG UI. Bagian Farmasi terletak di lantai dasar tak jauh dari kasir, saya segera menyerahkan resep ke petugas Bagian Farmasi dan petugas menyerahkan total biaya yang harus saya bayar untuk menebus obat antibiotik & painkiller sebesar Rp250.000. Kembali ke meja kasir, untuk biaya tindakan bisa dibayar menggunakan kartu debit berlambang GPN/VISA/Mastercard, tapi ternyata untuk obat dari Bagian Farmasi hanya bisa dibayar menggunakan uang tunai. Karena tidak membawa uang tunai yang cukup untuk menebus obat, saya meminta izin ke kasir untuk mengambil uang terlebih dahulu di ATM terdekat.

    Di dekat RSKGM FKG UI ada ATM CIMB Niaga, tapi karena merasa sayang harus mengeluarkan Rp7.500 untuk tarik tunai di ATM bank lain, saya memutuskan untuk menyebrang JPO Halte Transjakarta Salemba UI. Di seberang Kompleks UI Salemba, ada ATM BCA (di dalam Apotek Kimia Farma & depan Indomaret), ATM Mandiri (di depan Indomaret) & ATM BSI (di kantor cabang BSI dekat Indomaret). Setelah tarik tunai di ATM yang sesuai dengan rekening, saya kembali ke kasir untuk membayar biaya tindakan menggunakan kartu debit dan biaya obat menggunakan uang tunai. Selepas transaksi selesai, saya mendapat bukti pembayaran dan kembali ke Bagian Farmasi untuk mengambil obat yang diresepkan.

PEMULIHAN PASCA ODONTECTOMY DAN CABUT GIGI GERAHAM BUNGSU

    Saya pulang dari RSKGM FKG UI menggunakan transportasi publik, kombinasi bus Transjakarta dan KRL Commuter Line. Sekitar sejam pertama pasca operasi, bius masih berfungsi, namun pendarahan dari pencabutan gigi masih berlangsung dan saya memutuskan untuk mengganti kassa yang sudah penuh saliva & darah di toilet stasiun. Sekitar dua jam setelah operasi, perlahan efek bius mulai menghilang. Saya sempat mampir ke sebuah gerai kopi untuk membeli minuman pada perjalanan pulang, karena mulut saya masih diganjal kapas & gusi masih mengalami perdarahan, saya kesulitan membuka mulut untuk berbicara dan menuliskan pesanan dengan aplikasi catatan pada ponsel lalu menunjukkannya ke barista.

    Sebelum bius menghilang, saya sempat memakan nasi dengan lauk ayam filet dan minum es kopi (sebetulnya tidak disarankan minum kopi), karena tahu bahwa selama masa pemulihan kemungkinan saya harus makan makanan lembut. Saya juga meminum sebutir painkiller sebagai persiapan agar rasa sakit tidak begitu terasa saat efek bius menghilang sepenuhnya. Ketika bius hilang, alhamdulillah saya tak terlalu merasakan efeknya, tapi saat menunduk untuk ruku' atau sujud ketika shalat, barulah jahitan pada gusi kanan bawah terasa sakit bagaikan tertarik gravitasi bumi.

    Beberapa hari setelah operasi odontectomy dan pencabutan geraham bungsu, saya mengalami beberapa efek samping operasi, antara lain: perdarahan pada rongga bekas gigi bungsu geraham kanan atas yang dicabut, tidak bisa membuka mulut lebar-lebar karena gusi kanan bawah yang dijahit, pipi sebelah kanan bengkak, sempat agak demam, kehilangan nafsu makan, serta rasa nyeri pada jahitan, terutama ketika ruku' atau sujud. Saya bisa menahan rasa sakit dan hanya dua kali meminum painkiller, sekali sebelum bius hilang pada hari H odontectomy, dan sekali saat jahitan terasa nyeri hingga merambat ke kepala dan membuat saya tidak bisa tidur. Obat antibiotik saya habiskan sesuai pesan dokter agar tidak resisten. Selama beberapa hari pasca operasi saya makan makanan lembut seperti bubur karena tidak bisa membuka mulut lebar-lebar.

    Alhamdulillah kondisi saya berangsur-angsur membaik sejak hari kelima pasca operasi, perlahan-lahan sudah bisa memakan makanan dengan tekstur lebih padat, serta berlatih membuka mulut lebih lebar. Keluhan yang saya alami hanya rongga bekas gigi geraham bungsu kanan atas yang dicabut, terkadang masih terasa aneh seperti tertarik ke dalam dan terasa kopong (mungkin ini yang disebut dry socket).

KONTROL SEPEKAN SETELAH ODONTECTOMY DAN CABUT BENANG JAHITAN

    Sepekan setelah operasi, alhamdulillah saya sudah sepenuhnya pulih, kecuali rasa ganjil pada rongga bekas geraham bungsu kanan atas yang dicabut. Saya kembali datang ke RSKGM FKG UI di Salemba pada pagi hari. Tiba di RSKGM, saya mengambil antrean untuk pasien lama, membayar biaya pendaftaran pasien lama sebesar Rp20.000 sambil menunjukkan kartu berobat yang diberikan pada kunjungan pertama.

    Proses pendaftaran pasien lama termasuk cepat dibandingkan pendaftaran pasien baru, setelah membayar saya sempat menunggu beberapa saat  sampai dipanggil untuk mengukur tekanan darah, lalu dipersilakan naik ke lantai 3 tempat Klinik Pendidikan Spesialis Bedah Mulut dan Maksiofasial berada.

    Tiba di klinik, saya menyerahkan kartu berobat kepada resepsionis klinik, lalu diminta menunggu di bangku di luar klinik. Saya menunggu sekitar satu setengah jam sebelum dipanggil menggunakan pengeras suara oleh resepsionis klinik. Saya masuk ke klinik dan bertemu dengan dokter residen junior yang saya temui pekan lalu. Beliau mempersilakan saya untuk duduk di dental unit, lalu menanyakan kondisi saya, apakah masih sakit atau tidak, atau apakah ada keluhan atau tidak. Saya menyampaikan bahwa rongga bekas gigi dicabut masih terasa aneh seperti kosong dan tertarik ke atas, tapi selebihnya tidak ada kendala. Tak sampai lima menit, benang sintesis pada gusi saya dicabut (alhamdulillah ternyata cabut jahitan tidak sakit), dan karena tidak ada keluhan, saya tidak diresepkan obat apapun dan bisa langsung pulang. Dokter residen junior menulis kwitansi tindakan yang harus saya bayar ke kasir klinik, lalu saya mengucapkan terima kasih atas bantuan beliau.

    Saya membayar biaya cabut jahitan di kasir Klinik Pendidikan Spesialis Bedah Mulut dan Maksiofasial (bukan di kasir lobby utama di bawah). Pembayaran bisa non-tunai menggunakan kartu debit berlambang GPN/VISA/Mastercard. Demikian berakhirlah ikhtiar saya berobat ke RSKGM FKG UI, alhamdulillah.

    Beberapa hari setelah kontrol, alhamdulillah rasa aneh pada rongga bekas gigi geraham bungsu atas yang dicabut menghilang. Hingga hari ini (tiga bulan setelah tindakan) dengan izin Allah tidak ada keluhan apapun pada gusi kanan atas dan bawah.

PLUS MINUS BEROBAT KE RSKGM FKG UI SALEMBA

    Bagi rekan pembaca yang ingin mendapat perawatan gigi dengan biaya lebih terjangkau, berobat ke Klinik Pendidikan Spesilis RSKGM FKG UI bisa menjadi solusi. Berikut plus minus berobat ke RSKGM FKG UI, tentu ini opini saya dan bersifat subyektif.

Plus:
  • Biaya lebih terjangkau dibanding berobat ke dokter gigi spesialis yang sudah lulus.
  • Pelayanan ramah, baik petugas pendaftaran, kasir, co-ass gigi, serta residen.
  • Insyaallah pelayanan terpercaya, karena dokter residen merupakan dokter gigi umum yang sedang menjalankan pendidikan spesialis, juga setiap kasus dikonsultasikan terlebih dahulu kepada konsulen dan ditangani oleh dokter residen tingkat tertentu sesuai tingkat kesulitan kasus.
  • Lokasi RSKGM FKG UI mudah dijangkau dengan transportasi publik, baik Transjakarta maupun KRL Commuter Line. Halte Transjakarta Salemba UI tepat berada di seberang Kampus UI Salemba tempat RSKGM FKG UI berada serta dekat Stasiun KRL Commuter Line Cikini (bisa pulang-pergi antar RSKGM FKG UI dan Stasiun Cikini dengan microbus Mikrotrans JakLingko JAK 10A Gondangdia-Cikini via Salemba dengan tarif Rp 0)
Minus:
  • Waktu antrean untuk pasien baru dari datang hingga perawatan sangat lama (kemarin saya butuh 3 jam sejak pendaftaran hingga tindakan).
  • Klinik Pendidikan hanya buka di hari dan jam kerja, setiap Senin-Jum'at sekitar pukul 08.00-15.00 WIB, bila belajar/kuliah/bekerja di hari kerja harus izin atau mengambil cuti.
  • Harus datang pagi-pagi untuk mendapat antrean, semakin pagi semakin baik.
  • Ada kuota harian untuk perawatan gigi dengan residen, seperti odontectomy maksimal 5 pasien/hari, sehingga datang lebih pagi lebih baik agar bisa mendapat kuota.
  • Tidak bisa memilih dokter residen yang menangani kita, karena kasus didiskusikan terlebih dahulu dengan dosen/konsulen, lalu konsulen yang menunjuk residen mana yang akan menangani kita sesuai tingkat kesulitan kasus, tidak cocok untuk muslimah berhijab atau berniqab dan hanya ingin ditangani oleh dokter perempuan.
 TOTAL BIAYA ODONTECTOMY & CABUT GERAHAM BUNGSU DI RSKGM FKG UI
  • Pendaftaran pasien baru: Rp30.000 (harus bayar tunai, tidak disediakan kwitansi)
  • Ekstraksi geraham bungsu Rp1.250.000 dengan rincian: (1) cabut geraham bungsu yang sudah tumbuh Rp300.000 (2) odontectomy atau operasi bedah mulut untuk geraham bungsu impaksi dengan bius lokal Rp950.000 (pembayaran bisa non-tunai dengan kartu debit GPN/VISA/Mastercard, disediakan kwitansi)
  • Obat antibiotik + painkiller Rp250.000 (harus bayar tunai, disediakan kwitansi)
  • Pendaftaran pasien lama saat kontrol Rp20.000 (harus bayar tunai, tidak disediakan kwitansi)
  • Cabut benang jahitan & kontrol Rp120.000 (pembayaran bisa non-tunai dengan kartu debit GPN/VISA/Mastercard, disediakan kwitansi)
    Total biaya: Rp1.670.000

    Secara keseluruhan, alhamdulillah saya merasa sangat puas dengan pelayanan dan perawatan gigi dari RSKGM FKG UI Salemba. Berhubung masih ada sisa dua gigi geraham bungsu saya yang impaksi, insyaallah bila ada dana dan kesempatan dengan senang hati saya akan kembali berobat ke RSKGM FKG UI Salemba. Saya ucapkan terima kasih untuk dokter residen senior yang menangani tindakan odontectomy saya, ibu perawat puskesmas yang sedang PKL, dokter residen junior, mbak co-ass gigi, beserta seluruh kru RSKGM FKG UI atas pelayanan yang ramah dan memuaskan. Semoga pelayanan yang baik ini dapat dipertahankan dan ditingkatkan. Terima kasih juga saya haturkan kepada para pembaca post ini hingga akhir, semoga informasi yang saya tulis bermanfaat.
    
    Alhamdulillah, akhirnya selesai juga tulisan ini, pasca final FIFA World Cup 2022 yang dimenangkan Argentina :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengunjungi Pesawat Garuda Indonesia DC-9-32 PK-GNT di Museum Transportasi TMII

Kartu Multi Trip Edisi KRL 205

Garuda Indonesia Child Meal on GA 222 CGK-SOC