My First Experience with Batavia Air

Batavia Air dengan livery barunya

Setelah selama ini selalu berpergian dengan maskapai 'plat merah' alias Garuda Indonesia kini saatnya aku mencoba maskapai swasta Indonesia yaitu Batavia Air. Dari komen-komen yang aku baca sih, katanya Batavia Air adalah maskapai kelas 'nanggung', dibilang middle service nggak soalnya servicenya cuma air putih  sama roti manis tanpa isi tapi dibilang LCC juga nggak, soalnya Batavia Air masih menyediakan snack buat penumpangnya. Berikut ini flight detailsnya:

Airlines   : Batavia Air
Flight No : Y6-302
Route      : CGK-SOC
Aircraft   : Boeing 737-400 PK-YTE
Seat no   : 26F

 Oke, ini first flightku bersama Batavia Air tapi sayangnya no picts sama sekali (kamera lagi nggak ada batere), dan sayangnya first flight ini datar-datar aja dan nggak berkesan seperti first flightku bersama Sriwijaya Air 3 tahun silam (apa karena terlalu 'ngarep' kali ya gara-gara seringnya pake Garuda Indonesia).

Perjalanan di mulai siang itu di Adi Soemarmo 'International' Airport Solo (aslinya masuk area Boyolali). Tiba di bandara aku langsung ke konter tiket Batavia Air buat cetak E-Ticket soalnya aku beli lewat B2C alias online booking. Proses check-in berlangsung standar, setelah check-in aku langsung bayar PJP2U dan menuju ke Sriwedari Executive Lounge bersama ayahku menggunakan kartu BCA Prioritas dan Indosat VIP.

Boarding Pass yang Polos
Menurut schedule, pesawat harusnya berangkat jam 14.45 dan menurut monitor FID di lounge penumpang Y6-302 boarding jam 14.15, namun ketika jarum jam menunjuk ke angka 2 alias pukul 14.00, nggak ada tanda-tanda pesawat landing. Baru 5 menit kemudian, Garuda Indonesia dengan Boeing 737-800NG PK-GE* dengan livery lama mendarat, padahal jadwal kedatangan pesawat ini setelah pesawat Batavia Air yang akan aku tumpangi.

Akhirnya pada pukul 14.15 datanglah pesawatku, sebuah Boeing 737-400 dengan nomor registrasi PK-YTE dan livery baru Batavia Air(padahal sempat mengharap yang datang adalah Airbus A319 atau A320 soalnya seumur-umur aku belum pernah menggunakan pesawat Airbus). Dan tahukah kawan-kawan, sekitar 15 menit kemudian terdengar panggilan boarding untuk penumpang Garuda Indonesia disusul dengan panggilan boarding untuk Batavia Air Y6-302 tujuan Jakarta! Ya ampun...sumpah cepet banget!

Segera saja aku dan ayahku keluar dari executive lounge dan masuk ke ruang tunggu. Disana sudah ada 2 antrian yang mengular, antrian di gate 3 untuk penumpang Garuda Indonesia dan antrian di gate 4 untuk penumpang Batavia Air. Oh ya, sekarang di ruang tunggu Bandara Adisoemarmo Solo dipasang partisi kaca untuk menghubungkan terminal domestik dengan terminal internasional sehingga untuk penumpang yang pesawatnya diparkir di terminal internasional nggak perlu boarding lewat ruang tunggu terminal internasional.

Akhirnya aku masuk kedalam pesawat Boeing 737-400 yang menurut airfleets dibuat tahun 1991 dengan Malaysia Airlines sebagai pemilik pertama. Nggak ada sambutan apapun oleh pramugari yang ada di galley depan. Suasana kabin standar khas Boeing 737 classic lah, tapi kursi pesawat sepertinya diganti kulitnya dengan livery Batavia Air berwarna biru dan sarung headrest orange dengan tulisan 100% cinta Indonesia seperti milik Lion Air.

Tiba di seat 26F, ternyata kulit kursi baru tidak menandakan bahwa joknya juga baru. Uff, ternyata joknya kempes banget. Maklumlah, pesawat uzur. Saran untuk Batavia, kalau ganti livery pesawat, ganti kulit kursi jangan lupa isi busa jok yaa... Inspeksi kantong kursi, kantong kursiku hanya berisi 2 safety card, SERIUS 2 SAFETY CARD tanpa inflight magazine, katalog inflight shopping ataupun airsickness bag. Buat apa coba double safety card tanpa bahan bacaan.

Ternyata, Batavia Air push back lebih dahulu dari Garuda yang datang lebih awal. Dan akhirnya, Batavia take off lebih awal dari Garuda. Pesawatku akhirnya take-off kira-kira pada pukul 15.00. Setelah fasten seat-belt sign off pramugari dengan menggunakan celemek hitam segera membagikan air minum dan roti manis dengan keranjang bukan trolley seperti normalnya meal serving. Ya ampun, baru pertama kali ini aku lihat meal serving di pesawat menggunakan keranjang, bahkan AdamAir yang hanya membagikan air mineral masih 'waras' menggunakan trolley. Dan uniknya pula, tidak ada snack box, air minum dan roti diletakkan begitu saja dengan tissue di atas meal tray (walaupun aku udah tau hal ini dari dulu tapi tetep aja aneh kesannya).  Ckckck... simpel banget ya Batavia Air. Sampai-sampai ayahku berkomentar "Bagiin makanannya kaya rombongan piknik bus pariwisata aja". Karena aku tampak bosen tanpa bahan bacaan (maklum kutu buku nih), ayahku meminta seorang pramugari untuk membawakan inflight magazine.

Akhirnya, pramugari tersebut datang sambil membawa inflight magazine yang udah lecek banget. Tapi bagus sih, daripada aku harus bengong sepanjang flight ini. Ritual mengumpulkan bungkus makanan sebelum landing di Batavia Air rupanya lebih 'simpel' lagi, tidak seperti airlines lainnya yang menggunakan trolley atau nampan kecil, pramugari Batavia secara 'blak-blakan' mengumpulkan bekas gelas air mineral dan plastik roti dengan plastik putih transparan.

Akhirnya pesawatku mendarat di SHIA alias Soekarno-Hatta International Airport pada pukul 16.00 tepat dari schedule yang harusnya 15.45

Dan opiniku tentang Batavia Air, memang benar komentar orang-orang kalo Batavia Air itu 'nanggung'. Middle service nggak tapi LCC nggak, walaupun di mata pemerintah Batavia Air masuk kategori middle service tapi kalau menurutku Batavia lebih condong menjadi LCC yang 'lumayan baik' mau ngasih snack dan pengamatanku Batavia Air ini banyak berkiblat ke AirAsia seperti Boarding Passnya, Luggage tag dan penyebutan penumpang sebagai 'tamu'. Saranku buat Batavia Air, please concern dong mana segmen yang dituju, apakah middle service atau LCC, dan aku yakin kalau Batavia concern ke segmen middle pasti bagus, karena sebentar lagi (niatannya) Sriwijaya Air mau 'melompat' menjadi full service seperti Garuda Indonesia. Ok deh, thanks buat Batavia Air yang udah mengantarkan aku dan ayahku ke Jakarta dengan selamat =)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengunjungi Pesawat Garuda Indonesia DC-9-32 PK-GNT di Museum Transportasi TMII

Kartu Multi Trip Edisi KRL 205

Garuda Indonesia Child Meal on GA 222 CGK-SOC